Siaran Keagamaan RRI Pro 2 Menjadi Pribadi yang Sederhana (Be Humble)
Setiap Selasa sore pukul 16.00 sampai 17.00 WITA Radio Republik Indonesia (RRI) Pro 2 Banjarmasin selalu menyiarkan siaran keagamaan dengan tema yang beragam dan narasumber yang berbeda. Siaran Keagamaan ini diisi oleh narasumber dari Fakultas Ushuluddin dan Humaniora UIN Antasari Banjarasin. Kegiatan ini merupakan bentuk kerjasama antara RRI Banjarmasin dengan Fakultas Ushuluddin dan Humaniora UIN Antasari.
Dalam kesempatan ini, siaran keagamaan RRI Pro 2 Banjarmasin diisi oleh Bapak Dr. Dzikri Nirwana, MA. Beliau selain dosen juga menjabat sebagai Dekan Fakultas Ushuluddin dan Humaniora UIN Antasari. Dalam kesempatan tersebut, tema yang disampaikan beliau adalah “Menjadi Pribadi yang Sederhana (Be Humble)”. Dan yang menjadi hostnya adalah Ahmad Teguh mahasiswa prodi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir (IAT) Fakultas Ushuluddin dan Humaniora UIN Antasari Banjarmasin.
Menurut pak Dzikri Nirwana kesederhanaan merupakan suatu sikap menerima atas apa yang diberikan oleh Allah SWT kepada kita, dengan menjauhkan diri dari segala bentuk sikap ketidakpuasan dan berlebihan yang bertujuan untuk membuat hidup kita menjadi nyaman dan tenang. Bagaimana pun kesederhanaan bukanlah sesuatu yang berorientasi kepada hal-hal yang bersifat negatif dan berkonotasi kurang baik, hidup sederhana bukan berarti hidup dengan tidak mengikuti trend dan ketinggalan zaman, akan tetapi kesederhanaan merupakan sebuah sikap yang sangat dianjurkan dalam Islam. Kita tahu bahwa Nabi SAW mengajarkan kepada kita bagaimana kesederhanaan yang beliau jalani dalam kehidupan beliau.
Kita diajarkan bahwasanya dunia hanyalah stasiun atau tempat singgah yang sifatnya sementara sebagaimana yang Nabi SAW nasihatkan kepada para sahabat jadilah engkau di dunia seperti orang yang asing atau seperti orang yang berpergian. Dengan menjadi orang yang asing di dunia ini otomatis kita tidak akan menjadi orang yang nyaman di dunia ini. Dengan adanya rasa tersebut pasti menimbulkan keinginan untuk kembali ke tempat dari mana kita berasal.
Menjadi sederhana bukan berarti kita mengharuskan diri kita untuk tidak memiliki cita-cita dan impian. Namun, yang harus diperhatikan adalah tujuan dari cita-cita dan impian itu, apakah tujuan dari itu semua hanya untuk memperkaya diri, atau hanya untuk memperoleh kepopuleran semata. Akan tetapi jika tujuan dari cita-cita dan impian tersebut bertujuan untuk mendatangkan manfaat bagi orang banyak maka hal ini sangat dianjurkan.
Menjadi sederhana kadang kerap kali dipandang sebagai hal yang kurang enak dipandang di zaman sekarang. Menjadi sederhana secara tidak langsung menguji kita bagaimana kita memandang nikmat Allah. Menjadi sederhana merupakan salah satu sarana bagi kita untuk menambah rasa syukur kita kepada Allah SWT.
Semoga bermanfaat.